Kamis, 13 Desember 2012

TEORI PEMBANGUNAN


TUGAS!
·         Buatlah intisari sari dari teori klasik, neo klasik dan post keynesian!

JAWABAN :
Ø  TEORI KLASIK
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, yaitu dimasa revolusi industri yang merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu aliran ekonomi yang sedang berkembang adalah sistem liberal dan menurut aliran klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya kemajuan dalam bidang teknologi dan peningkatan jumlah penduduk.
Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi capital atau dengan kata lain KEMAJUAN TEKNOLOGI TERGANTUNG PADA PEMBENTUKAN KAPITAL. Dengan adanya akumulasi kapital akan memungkinkan dilaksanakan spesialisasi atau pembagian kerja melalui mekanisme yang lebih baik sehingga produktifitas tenaga kerja dapat bertambah. Kecepatan pembentukan capital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan. Sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang ( law of diminishing return ) dikarenakan sumberdaya alam itu terbatas adanya.

Ø  TEORI NEO KLASIK
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Dengan kata lain, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi.
Aliran neo-klasik juga mempelajari tingkat bunga, yaitu modal yang menghubungkan nilai pada saat ini dan saat yang akan datang. Menurut neo-klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan, tingkat bunga juga menentukan tingkat investasi, jika tingkat bunga rendah maka investasi akan tinggi dan sebaliknya. Selain itu, kaum neo-klasik optimis bahwa manusia mampu untuk mengatasi terbatasnya pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan faktor-faktor produksi dengan baik serta didukung oleh kemajuan teknologi.

Ø  TEORI POST-KEYNESIAN
Teori-teori yang dikemukakan sejak Perang Dunia II pada umumnya mengacu pada teori yang dikemukakan oleh keynes. Sebagai salah satu contoh teori yang bersumber dari keynes ini adalah teori yang dikemukakan oleh Harrod-Domar yang mengacu pada kerangka analisis keynes, baik dalam konsepnya maupun perincian modelnya.
Teori Harrod-Domar itu merupakan perluasan dari analisis keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Sedangkan teori Harrod-Domar ini menganalisis syarat-syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth).
Harrod dan Domar menekankan pada pentingnya peranan akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan. Bahwa akumulasi kapital akan menimbulkan pendapatan dan disamping itu akan menaikkan kapasitas produksi dengan cara memperbesar persediaan kapital.
Karena investasi akan menaikkan produksi dan juga menaikkan pendapatan, maka menjadi persoalan adalah berapa seharusnya tingkat kenaikan investasi yang diperlukan agar supaya kenaikan pendapatan itu sama dengan kenaikan kapasitas produksi, sehingga tingkat pengerjaan penuh dapat dipertahankan. Untuk itu digunakan asumsi-asumsi berikut :
·      1.  Bahwa perekonomian sudah ada dalam tingkat pengerjaan penuh (full employment income)
·      2.  Tidak ada campur tangan pemerintah dalam perdagangan lur negeri
·   3. Tidak ada keterlambatan penyesuaian (lag of adjustment) atau dengan kata lain ada penyesuaian dengan  cepat
·      4.  Hasrat menabung marjinal (marginal propensity to save) dan hasrat menabung rata-rata (average propensity  to save) adalah sama
·     5. Perbandingan antara kapital dan output atau (marginal propensity to save dan capital coefficient)adalah tetap



Selasa, 13 November 2012

ARTI SEBUAH PUJIAN


Kapan terakhir kali kau memuji seseorang?
Kapan orang lain terakhir kali memujimu?
Sudah lama bukan?

Semua orang punya impian
Dari impian, datang harapan
Semua orang perlu impian
Dengan impian, ada kekuatan
Impian menyinari hatimu bagai mentari
Menerangi seluruh duniamu
Impian membimbingmu kejalan yang benar
Memberimu keberanian, untuk melangkah maju

Saat kita masih kecil,
Ada begitu banyak dukungan dan pujian
Untuk membantu kita melewati rintangan
Kita tidak sadar betapa beruntungnya kita saat itu
Seiring waktu berlalu,
Dukungan dan pujian itu berubah siring kita beranjak dewasa
Semua itu menjadi berbeda

Berikan lebih banyak pujian
Lihatlah sisi baik seseorang
Apa itu sulit??
Semua orang butuh pujian
Tapi mengapa kita sering ragu untuk sekedar memberi pujian????

Dari diri setiap anak
Ada sisi gelap dan sisi terang
Carilah sisi terang,,,
Dan semua yang baik akan muncul

Ada pepatah yang berbunyi :
“ barang berguna dipakai dengan salah akan jadi tidak berguna”
“ barang tidak berguna dipakai dengan benar akan jadi berguna”

Dari sini kita belajar,,,
Pengakuan terhadap seseorang adalah sumber kekuatan

Jangan berhenti berharap...
Harapan aka menjadi sebuah keajaiban
Ekspresi, atau tindakan yang paling kecil sekalipun,
Kita tidak akan pernah tahu
Jangan berhenti berharap...
Harapan aka menjadi sebuah keajaiban
Ekspresi, atau tindakan yang paling kecil sekalipun,
Kita tidak akan pernah tahu
Apa yang bisa kita ubah,,












HUMAN RESOURCE PLANNING


THE PRIMARY PLANNING PROCESS
Business plans indicate an organization’s major financial, sales, and production goals, as well as the approaches managers intend to use to compete in each major product line. A high-technology company such as Apple Computer clearly faces quite different human resource challenges from those faced by U.S Steel.
As tentative buusiness plans are prepared, other human resource professionals are brought into the process to inspect the plans and assure that they are feasible and desirable from a personnel point of view. Once business plans are approved by top human resource planners and specialists, and action planning begins.
It is important to recognize that the process used by IBM is not universal. In some companies human resource professionals are excluded from the business planning process. Where this is true, insertion, integratioon, and inspection give way tointerpretation as the major linkage point. In companies using a focused approach to HRP, there is only a loose interconnection between business planning and HRP, occurring primarily through managers and executives who participate in both processes but at different times and in different ways

THE FUNCTIONAL PLANNING PROCESS
The decision to undertake strategic functional planning usually leads to a number of analyses. The task is to incorporate both an awareness of corporate and business strategies, including the human resource components, and an assessment of the function’s current operations as perceived by its “clients” and staff. Figure 7-12 shows the types of issues examined and the methods used during a recent study of the employee relations department of honeywell’s defense systems division.


AFFIRMATIVE ACTION PLANNING
An Affirmative Action plan or program is a management tool designed to ensure equal employment opportunity. A central premise underlying affirmative action is that, over time, absent discrimination, a contractor's workforce will generally reflect the gender, racial, and ethnic profile of the labor pools from which the contractor recruits and selects.

Affirmatif action planning ,consists of :
1.utilization analysis
2.fix objectives and schedule
3.and planning exciting action steps and in the primary human resource planning
utilization Analysis
The first step in developing a plan is tindakanafirmatif utilization analysis. Untukmenggambarkan organization's workforce currently relatifke pool of qualified workers in the labor force. Adadua part in this analysis. Pertamamelibatkan determining the demographic composition of the armed kerjasaat this by dividing all the work in organisasike in classification. The second part is menentukanpersentase protected from the same class in pasartenaga work available.
Objectives and Schedule
The second step is to set goals and timetables to correct underutilization. The OFCCP secaraeksplisit requires that a rigid numerical quotas can not be set. Instead, companies should consider the size of underutilization, how quickly changed labor, and labor is growing or contructing. Aother consideration in setting goals and timetables is the kind of action the employer intends to take


planning exciting action steps and in the primary HRP
exciting action steps and principles are applied in the primary HRP is in accordance with the plan that was proposed by the company itself

HUMAN RESOURCE INFORMATION SYSTEMS
Human resource create nearly insatiable demands for information. To meet these demands requires systematic approaches to the gathering, processing and reporting of data and information- in other words, human resource information systems (HRISs).
The Data Base
1.      Personal data : name, adress, date of birth, ect.
2.      Selection data : date interview, date offered employment, test scores, interviewer ratings, number of applicants for same job.
3.      Work experience data : jobs held before joining company, jobs held since joining company, specific skills.
4.      Compensation data : reward, rice of wage.
5.      Attitude/morale data : absence record, grievances filed.
6.      Health/safety/accident data : medical visits, workers compensation claims.

System Specifications

The input function
The input function estabilishes responsibilities for collecting relevant data and entering them into the HRISs such as personal data, job data and other data

Throughput function
The throughput function is responsible for the actual updating of the data in the HRIS. To support on-line input,  throughput functions operate on real time. That is, they have the capacity to sort, update, and store inputs immediately and to do this on a continous basis. They also have built-in edit codes that reject data not meeting predetermined format requirements.

Output function
HRISs are only as good as the outputs they produce. They key is to assure that the stored data can be manipulated in such a way as to produce the information that users need in a timely fashion and in a usable format. After the data and format are satisfactory is the resulting report printed in “hard copy”.

Security and privacy
Data security is a major problem with HRISs. The beauty of such systems is the access they allow to data about employees and jobs. Especially critical to accuracy is the need to restrict the number of people who are able to perform data entry and updates.


SUMMARY
HRP is the process used by organizations to : (1) Analyze anticipated events in their external and internal environments and assess their attendant human resource implications (2) Formulate action plans that will, if properly implemented, contribute to future organizational success through improved human resource management.HRP applications are of two major  types: primary planning, which occurs in operating units, and functional planning, which involves only the personnel division or department. Both, in turn, have two phases: analysis and action planning.
In primary planning, analysis is used to gather as much information as possible (or feasible) about future conditional in the business and the external and internal environments surrounding the business. Then, in action planning, this information is used to develop an integrated package of P/HR management activities (human resource strategy) that will provide the organization with a full complement of capable, committed, contributing, and satisfied employees. In functional planning, analysis focuses on the business plans of the unit which the function reports and on extant personnel problems in these units. For the long run, action planning is used to lay out the function’s mission, role, professional stature, portfolio of activities, structure, processes, and human resource needs. For the short run, action planning lays out goals, task assignments, and budget.
AAP is, in many ways, analogous to HRP, except that it concentrates on women and minorities. Here analysis involves carrying out a utilization analysis and establishing goals and timetables. Action planning is where affirmative action steps are put together to improve the utilization of women and minorities in various job categories.
As HRP, APP, and other P/HR management activities become increasingly sophisticated, they require more and better information about people and jobs. This is where HRISs come in. In recent years great strides have been made in harnessing the potential of computers to the effective accumulation, manipulation, and reporting of data and information of value to effective P/HR management. 


TOKO BUANA SANDAL DAN SEPATU

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Toko BUANA SANDAL DAN SEPATU adalah salah satu sector usaha yang bergerak di bidang perdagangan sandal dan sepatu yang ada di kota Kendari, dimana lokasinya terletak di Mol Mandonga Kendari. Latar belakang didirikannya usaha ini adalah karena jenis usaha ini dapat menghasilkan keuntungan yang berarti serta mudah dalam pemasarannya. Toko ini dikelola oleh Bapak H.Jabaruddin SmHk  dimana usaha ini  berstatus usaha dagang.
Modal awal dari usaha ini berasal dari modal sendiri yang dimiliki oleh bapak H.Jabaruddin SmHK. Hal ini sangat penting karena modal tersebut sangat mempengaruhi besar kecilnya serta kelancaran pemasaran sepatu dan sandal. Selain itu, modal tersebut juga digunakan untuk semua pengeluaran usaha yaitu meliputi membeli dan memperoleh barang yang akan diperjual belikan,biaya untuk pembelian peralatan dan biaya-biaya lainnya. Yang mana besar kecilnya biaya ini tergantung dari kebutuhan akan jumlah barang yang direncanakan oleh suatu usaha dagang ini. Selain itu besarnya biaya yang dikeluarkan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan modal dalam bentuk uang yang dimiliki oleh bapak H.Jabaruddin, karena apabila modal yang tersedia tidak mencukupi harus membatasi pengeluaran sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih sedikit.

B.     PRODUSEN
·         Input :
                        Faktor produksi tetap :
            - tempat
                                                             - etalase
                        Faktor produksi berubah :
-ongkos kirim
·         Output :
-             Sepatu Karet
-             Sepatu Teplek
-             Sandal/sepatu anak-anak plastik
·         Pesaing : Melihat usaha ini berada dimall mandonga, maka pesaing bapak jabaruddin berkisar 26 penjual sepatu.
C.     KONSUMEN
Adapun sasaran konsumen adalah semua umur dan semua kalangan masyarakat baik kalangan ekonomi rendah hingga kalangan ekonomi atas. Dan adapun konsumen alternatif yaitu para pemasok sepatu yang berjualan sekitar mol mandonga.

BAB II
KEGIATAN USAHA

I.       PENJUALAN

Jenis-jenis barang yang ditawarkan antara lain : Sepatu karet, sepatu teplek, sepatu olahraga, sepatu kantoran, sepatu sekolah, sandal cewek/cowok,sandal pesta dan sandal jepit. Akan tetapi dalam penelitian ini saya hanya mengambil 3 macam sempel yang mana sempel ini yang paling laris terjual dan memberikan untung yang lebih besar dari barang yang laennya. Adapun jenis sempelnya adalah sepatu karet, sepatu teplek dan sandal/sepatu anak-anak plastik.
Setiap 2 bulan sekali bapak H.Jabaruddin berangkat kemakassar untuk keperluan belanja sepatu dan sendal yang akan dipasok ketoko yang beliau kelola diMol Mandonga Kendari.
·      Penetapan harga jual
Harga merupakan masalah penting dalam dunia usaha. Hal ini karena harga merupakan nilai dari suatu barang dan jasa yang dihasilkan. Selain itu harga juga dapat menentukan ada tidaknya kesepakatan yang terjadi antara penjual dan pembeli dalam suatu transaksi tertentu. Dengan kata lain, harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan atau memiliki suatu barang dan jasa.
Berikut ini merupakan data mengenai penetapan harga jual atas barang yang ditawarkan oleh Toko Buana Sandal dan Sepatu :
NO
JENIS BARANG
HARGA AWAL/UNIT
HARGA JUAL/UNIT
1
Sepatu Karet
@Rp.10.000,-
@Rp.20.000,-
2
Sepatu Teplek
@Rp.25.000,-
@Rp.40.000,-
3
Sepatu anak-anak plastik
@Rp.  9.000,-
@Rp.20.000,-

·      Pemasokan barang
Berikut ini adalah data pasokan barang Toko Buana Sandal dan Sepatu setiap
NO
JENIS BARANG
HARGA
TETAP
JUMLAH
JUMLAH
1
Sepatu Karet
20.000
1 macam
6 lusin/1macam
2
Sepatu Teplek
40.000
6 macam
1 lusin/1macam
3
Sepatu anak-anak plastik
25.000
8 macam
1 lusin/1macam

            Adapun penjualan sepatu Toko Buana Sandal dan Sepatu setiap minggunya dapat kita lihat pada tabel berikut :
NO
JENIS BARANG
HARGA
(RP)
M1
M2
M3
M4
JUMLAH
BARANG
TOTAL
(RP)
1
Sepatu Karet
20.000
16
19
14
21
70
1.400.000
2
Sepatu Teplek
40.000
15
17
14
10
56
2.240.000
3
Sepatu anak plastik
25.000
20
25
19
14
78
1.950.000

II.    BIAYA
§  Fix cost :
-          Retribusi kebersihan : Rp.2000,- /hari atau Rp.60.000,- /bulan
-          Listrik : Rp.150.000,- /bulan

§  Variabel Cost :
-          Ongkos kirim : Rp.200.000,- /ball
        1 ball = 20 lusin
-          Barang output :
1.      Sepatu karet : Rp.10.000,-/buah
2.      Sepatu teplek : Rp.25.000,-/buah
3.      Sepatu anak-anak plastik : Rp.9.000,-/buah

Untuk menghitung biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh bapak jabaruddin, maka kita akan mengambil satu jenis produk yaitu sepatu karet seharga Rp.10.000,- dengan biaya pengiriman sebesar Rp.800,- ,Rp.900,- dan Rp.1.000,-  per sepasang sepatu.
PRODUK DAN ONGKIR
Q
TFC
TVC
TC
AFC
AVC
AC
10.800
70
210000
756000
966000
3000
10800
13800
10.900
70
210000
763000
973000
3000
10900
13900
11.000
70
210000
770000
980000
3000
11000
14000
KET :
·      TFC : Total Fix Cost
TFC : retribusi kebersihan + listrik
·         TVC : Total Variabel Cost
TVC = VC x Q
·         TC : Total Cost
TC = TFC x TVC
·         AFC : Avarage Fix Cost
AFC = TFC/Q
·         AVC : Avarage Variabel Cost
AVC = TVC/Q
·         AC : Avarage Cost
AC = AFC + AVC

Setelah mengetahui biaya pengeluaran dari satu contoh barang maka kita akan mengetahui biaya pengeluaran dari seluruh barang :

JENIS BARANG
P
Q
TFC
TVC
TC
AFC
AVC
AC
Sepatu karet
10000
72
63000
777600
840600
875
10800
11675
Sepatu teplek
25000
72
63000
1857600
1920600
875
25800
26675
Sepatu anak plastik
9000
96
84000
940800
1024800
875
9800
10675
 TOTAL
44000 
240
210000
3576000
3786000 
2625 
 46400
49025 

KET :
·         TFC : TFC/TQ x Q
·         TVC : VC x Q
·         TC : TFC x TVC
·         AFC : TFC/Q
·         AVC : TVC/Q
·         AC : AFC + AVC


III. PENDAPATAN

Keuntungan yang didapatkan oleh bapak jabbarudin secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
JENIS BARANG
P
Q
TOTAL
FC
VC
TFC
TVC
TC
LABA BERSIH
Sepatu karet
20000
70
1400000
875
10800
61250
756000
817250
582750
sepatu teplek
40000
56
2240000
875
25800
49000
1444800
1493800
746200
sepatu anak
20000
78
1560000
875
9800
68250
764400
832650
727350

KET :
·         P : harga yang ditawarkan
·         Q : barang yang terjual dalam sebulan
·         Total : P x Q
·         FC : TFC/total barang yang dipasok
·         VC : harga awal + ongkir
·         TFC : FC x Q
·         TVC : VC x Q
·         TC : TFC x TVC
·         Laba Bersih : Total penjualan - TC
Pada tabel yang telah tercantum diatas kita telah mengetahui laba yang diperoleh bapak jabbarudin secara keseluruhan dalam sebulan. Adapun laba bersih yang diperoleh dari setiap sepasang sepatu atau sandal yang terjual adalah sebagai berikut :
JENIS BARANG
HARGA
VC
FC
TC
LABA BERSIH
HARGA AWAL
ONGKIR
Sepatu karet
20000
10000
800
875
11675
8325
Sepatu teplek
40000
25000
800
875
26675
13325
Sepatu anak
20000
9000
800
875
10675
9325

Apabila ongkos kirim naik menjadi Rp.1000,- maka laba bersih yang didapatkan dari sepasang sepatu adalah :
JENIS BARANG
HARGA
VC
FC
TC
LABA BERSIH
HARGA AWAL
ONGKIR
Sepatu karet
20000
10000
1000
875
11875
8125
Sepatu teplek
40000
25000
1000
875
26875
13125
Sepatu anak
20000
9000
1000
875
10875
9125

IV. KESIMPULAN USAHA
Setelah kita membahas tentang kegiatan usaha yang dilakukan oleh bapak jabbaruddin kita dapat mengambil kesimpulan dari satu jenis barang yaitu sepatu karet dengan harga jual Rp.20.000,- dan biaya total sebesar Rp.11.675,- maka keuntungan yang didapatkan dari setiap barang berkisar Rp.8.325,- dan terjual sebanyak 70 buah. Dengan biaya input dikalikan dengan jumlah barang sebesar Rp.871.250,-
Jadi keuntungan bapak jabaruddin dihitung dari hasil penjualan sebesar Rp.1.400.000,- dikurangi biaya total input sebesar Rp.871.250,- maka keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.582.750,-
Adapun jenis pasar dari usaha ini yaitu termasuk Pasar Persaingan Sempurna dikarenakan jumlah produsen relatif banyak dan termasuk dalam barang homogen.



BAB III
TEORI RELEVAN

Ø  Teori produksi
          Dalam hal ini bpk.Jabbaruddin melakukan kegiatan produksi ( sebagai distributor ) dengan membeli barang kepada produsen dimakassar secara rutin dua bulan sekali. Adapun pembeliannya disesuaikan dengan minat konsumen pada saat itu, ketika permintaan akan sepatu dan sandal meningkat maka distributor memasok barang semakin meningkat pula.
          Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih maka pak jabbaruddin memilih tempat yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh konsumen. Sedangkan untuk meminimalkan biaya maka pak jabarruddin mencari agen pengiriman yang relatif lebih murah.
          Barang yang dipasok oleh pak jabbaruddin tidak memungkinkan untuk terjual seluruhnya. Agar modal barang tersebut tertutupi maka bapak ini menjualnya dengan harga murah bahkan dengan harga modal tersebut kepada penjual eceran ( pemborong ).
Ø  Teori Perilaku Konsumen
Pada pembahasan ini seorang konsumen  termasuk dalam teori kardinal dalam mengkonsumsi sepatu dan sandal dikarenakan kegunaannya dapat dihitung secara nominal dan berlaku sistem  The Law of Diminishing Marginal Utility.

Ø  Teori biaya
-       Biaya tetap
TC = TFC+TVC
Total biaya yang dikeluarkan oleh bapak jabarudin dalam sebulan sebesar Rp.3.786.000 dengan pendapatan kotor Rp.5.200.000 maka laba bersihnya sebesar Rp.1.414.000
-       Total Biaya tetap
Yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya. Biaya sebesar Rp.210.000 untuk jangka waktu satu bulan
-       Total biaya variabel
Yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Dan totalnya sebesar Rp. 3.576.000
-       Biaya tetap rata-rata
AFC = TFC/Q
Adapun biaya tetap rata-rata setiap barang yang terjual dalam sebulan sebesar Rp.875,-
-       Biaya variabel rata-rata
AVC = TVC/Q
Adapun biaya variabel rata-rata setiap barang yang terjual dalam sebulan jika dijumlahkan sebesar Rp. 46.400,-
-       Total biaya rata-rata
AC = TC/Q atau AC = AFC+AVC
Biaya total keseluruhan yang dikeluarkan untuk memproduksi dalam sebulan sebesar Rp. 49.025,-

Ø  Teori struktur pasar
Bapak jabarudin adalah salah satu distributor sepatu dan sandal dimall mandonga. Usaha ini termasuk dalam golongan pasar monopolistik dikarenakan beberapa hal, antara lain:
1.      Usaha ini mudah keluar masuk pasar dalam artian dengan modal relatif rendah  kita dapat menjadi seorang distributor sepatu dan dapat menghasilkan laba yang besar.
2.      Jumlah produsen banyak. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan akan barang sangat besar sehingga mendorong banyaknya distributor ataupun penjual sepatu.
3.      Produk yang terdiferensiasi. Konsumen cenderung membeli merk karena ada faktor kenyamanan dalam penggunaan produk tersebut. Selain itu konsumen dapat membedakan barang tersebut dari kualitas barangnya, model, bentuk, warna bahkan kemasan dan pelayanannya.

Dikarenakan pesaing yang cukup banyak maka bapak jabarudin melakukan beberapa taktik atau inovasi sehingga menjadi unggul diantara distributor yang lain. Inovasi-inovasi yang dilakukan diantaranya pemilihan tempat yang sangat strategis dan penyediaan sepatu untuk semua kalangan dengan berbagai macam model. Selain itu model yang ditawarkan selalu mengikuti trend yang ada.



BAB IV
KESIMPULAN
          Setelah kita membahas tentang kegiatan usaha mikro bapak jabarudin yaitu sebagai distributor sandal dan sepatu yang berlokasi di Mol Mandonga, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sanya dalam penjualan sandal dan sepatu ini bapak jabarudin dapat mengambil keuntungan dari penjualan sepasang sepatu atau sendal berkisar 80 % hingga 100 % tingkat keuntungan. Dan pada penjualannya nyaris tidak pernah mendapat kerugian meskipun barang tidak terjual seluruhnya.