BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna keadaannya. Selain bentuk atau rupa yang paling baik dan
sempurna, ia masih juga dibekali kemampuan akalnya. Ilmu pengetahuan (sains),
teknologi, dan seni atau biasa disingkat IPTEKS adalah salah satu contoh dari
hasil olah pikiran atau akal manusia yang kemudian disebut dengan kebudayaan. Selanjutnya,
sejalan dengan perkembangan umat manusia itu sendiri berbagai macam hasil-hasil
kebudayaan manusia ini terus terus berkembang hingga kini. Ipteks sebagai salah
satu hasil dari kebudayaan manusia itu juga terus berkembang, terlebih lagi
pada era sekarang ini, dimana ipteks telah mencapai tahapan perkembangan yang
sangat spektakuler.
Dengan perkembangan ipteks yang sangat pesat,
segala persoalan yang tadinya sulit menjadi semakin mudah serta masalah yang
tadinya berat menjadi semakin ringan dan lain sebagainya. Namun, meskipun ada
beberapa kemudahan atau manfaat yang bisa kita peroleh dari kemajuan dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut pada sisi lainnya ternyata Ipteks juga
dapat membawa kita kepada hal-hal lain yang bersifat merusak (negatif).
Berikut akan dijelaskan lebih mendalam
hubungan antara manusia, sains, teknologi dan seni dalam kehidupan manusia
beserta dampak yang ditimbulkan baik positif ataupun negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKEKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
BAGI MANUSIA
Berdasarkan
kajian filsafat ilmu, istilah Iptek (ilmu, pengetahuan, teknologi) juga sering
dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena masing-masing ketiga
istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang berbeda-beda.
Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman
yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh
karena itu, manusia yang normal, sekolah atu tidak sekolah, sudah pasti
dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena
dua hal :
·
Pertama :
Manusia mempunyai bahasa yang
dapat mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut;
·
Kedua : Manusia
mempunyai kamampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan
kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir menurut suatu
proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan
yang sifatnya acak perlu ditingkatkan lagi derajat atau bobot keilmiahannya
sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian pengetahuan yang bersifat
acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup panjang, dapat
diorganisasikan dan disusun menjadi bidang-bidang ilmu.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat
dikontrol oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian
ini, maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut:
·
Berisi pengetahuan (knowledge).
·
Tersusun secara sistematis.
·
Menggunakan penalaran.
·
Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain
Sedangkan
berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi sendiri sebenarnya sudah
mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab
produk-produk teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains.
Sementara itu, dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur
budaya sebagai hasil penerapan praktis dari sains.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin,
yaitu ars yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan
sebagai suatu kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu.
Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur
tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan ekpresi jiwa seseorang yang hasil
ekspresi tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan
keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Dengan
seni, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat
sentuhan keindahan atau estetika.
B. DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN
Dampak
langsung dari kemajuan Ipteks adalah kemudahan-kemudahan dalam beraktifitas.
Memang Ipteks diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan
memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi
ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tak
sadar bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif,
hedonistik, dan materialistik.
Dampak
negatif lain akibat penyalahgunaan ipteks pada kehidupan dibeberapa bidang
diantaranya :
a. Bidang informasi dan komunikasi
Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh
ternyata kemajuan teknologi tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif,
antara lain:
1). Pemanfaatan
jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas)
2). Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di
internet yang bisa disalah gunakan pihak tertentu untuk tujuan tertentu.
b. Bidang sosial dan budaya
Kemajuan teknologi akan
berpengaruh negatif pada aspek budaya seperti:
Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya
di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu
menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah
menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi
miskin dalam rohani. Dll
c. Bidang pendidikan
Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu
untuk melakukan tindak kriminal. Dll
d. Bidang Kesehatan
Keberhasilan
mengatasi penyakit,.terutama penyakit menular, menyebabkan angka kematian (mortalitas) menurun,sehingga
populasi penduduk terus meningkat. Akibatnya manusia lanjut usia yaitu manusiayang usianya lebih
dari 60 tahun dan disebut lansia,makin hari makin banyak juga.
Di
satu sisi, Ipteks secara positif telah mendatangkan rahmat, dalam arti dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang
menyatakan bahwa Ipteks menjadi ”tulang punggung kesejahteraan”. Namun di sisi
lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan, dan pemanfaatan
Ipteks itu juga telah membawa dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk
munculnya masalah lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah
longsor, dan kenaikan suhu udara global.
Oleh
karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan
kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan Ipteks, yakni yang sesuai
dengan asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian.
Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara seimbang dan
lestari.
C. PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DIINDONESIA
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia tertinggal jauh dan sangat memprihatinkan dibanding Negara-nehara
Eropa dan Amerika Serikat bahkan pula di Negara-negara Asia misalnya Jepang dan
China. Hal ini disebabkan oleh :
1. Rendahnya
kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global. Hal ini
ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam lapaoran UNDP tahun
2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada
urutan ke-60 dari 72 negara.
2. Rendahnya
kontribusi Ipteks nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain ditunjukkan
oleh kurangnya efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya kandungan
teknologi dalam kegiatan ekspor.
3. Belum
optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas
penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna, Masalah ini dapat dilihat dari belum
tertatanya infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang mengolah dan
menerjemahkan hasil pengembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi yang siap
pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.
4. Lemahnya
sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memberikan hasil
yang signifikan.
5. Masih
terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan
kesenjangan pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada
tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil
dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6.
Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan
masyarakat. Budaya bangsa secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai
Iptek yang mempunyai penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri.
Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah yang lebih suka menciptakan
daripada sekedar memakai, lebih suka membuat dari sekadar membeli, serta lebih
suka belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada.
7. Belum
optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup. Kemajuan
Iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut
antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya sistem manajemen dan teknologi
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
8. Masih
lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam.
Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global merupakan wilayah yang
rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator bahwa
pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan Iptek nasional belum
optimal dalam memberiakn antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai
permasalahan bencana alam, seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran
hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.
BAB III
KESIMPULAN
Sains secara umum dapat diartikan ilmu yang
teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikab kebenarannya, berdasarkan
kebenaran atau kenyataan semata (misalnya : fisika, kimia, biologi). Sains juga
diartikan sebagai suatu cabang ilmu yang mengkaji sekumpulan pernyataan atau
fakta-fakta dengan cara sistematik dan serasi dengan hukum-hukum umum dilandasi
peradaban dunia modern. Sains merupakan suatu proses untuk mencari dan
menemukan suatu kebenaran melalui pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat makhluk.
Konsep teknologi dapat diartikan juga segenap
keterampilan manusia menggunakan sumber-sumberdaya alam untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan.secara umum dapat dikatakan
bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunaan berbagai sarana yang tersedia
untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.
Sains
dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon
tak berakar (science without technology has no fruit, technology without
science has no root). Jadi, fungsi sains di sini hanyalah
mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu
sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai
suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya.
Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani
kehidupannya. Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang
indah dari manusia.