Rabu, 18 September 2013

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN SDA

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
terhadap
Pertumbuhan SDA

A.    Pendahuluan
            Ilmu ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikatakan ilmu yang masih relatif baru bila kita bandingkan dengan ilmu-ilmu ekonomi lainnya yang lebih dulu muncul. Sehingga dapat dikatakan para pakar ekonomi sumberdaya dan lingkungan masih relatif sedikit dibandingkan dengan para pakar-pakar ilmu ekonomi lainnya. Pertumbuhan ekonomi terkadang dalam pemikiran kita jauh lebih penting dibandingkan dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dapat dipastikan sumberdaya alam dan lingkungan kita cepat terkuras untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pemikiran kita yang seperti itu mungkin ada benarnya, banyak contoh negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi mengesampingkan masalah lingkungan seperti China dengan pertumbuhan Hipereconomi sehingga sumberdaya yang ada habis terkuras, Amerika serikat negara adidaya yang memiliki ekonomi yang relatif stabil juga mengalami hal yang sama lingkungan rusak dan sumberdaya alam terkuras. Akan tetapi semua pertumbuhan yang cepat tersebut akan memberikan kecendrungan penurunan ekonomi, yang menjadi pertanyaan dalam benak kita kenapa hal tersebut tidak terjadi kepada kedua negara tersebut?. Secara tidak terasa sebenarnya kedua negara terbut mulai tergantung kehidupannya kepada negara-negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah seperti Indonesia, dengan kebijakan-kebijakannya mereka terus menekan dan berharap sumberdaya yang ada di negara kita dapat dikelola oleh mereka.
            Untuk masalah pemikiran mengenai sumberdaya alam dan lingkungan sering para pakar mengkotakkan menjadi dua kategori yaitu menurut Djajadiningrat, S.T (1997) yang pertama kelompok yang berpihak ke pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperdulikan masalah lingkungan dan kelompok konservasi yang lebih mementingkan masalah kelestarian lingkungan. Sehingga dalam hal ini kita kembali bertanya dalam diri kita sendiri, masuk kelompok manakah kita ?. Akan tetapi pada jaman sekarang mulai tumbuh suatu kelompok dimana kelompok tersebut
mementingkan keduanya yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan sumberdaya alam yang lestari. Apa bisa terjadi semua itu terjadi ?. Ya, karena dengan adanya sumberdaya alam yang terus terjaga kelestariannya diharapkan pertumbuhan ekonomi terus terjaga dan terus meningkat, hal ini dikarenakan kebutuhan sumberdaya alam dan lingkungan terus ter-supplay.
            Sehingga diperlukan suatu tujuan pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan ekonomi tinggi menjadi “pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan” hal tersebut akan terjadi dengan kita tetap memacu pertumbuhan ekonomi bangsa ini dengan juga memperhatikan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan dibatasi dengan ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada


B.     Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu : (1) proses, (2) output per kapita, dan (3) jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat.
Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya”.

Dalam analisanya yang mendalam, Kuznet memisahkan enam karakteristik yang terjadi dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara dan dari pendapatnya tersebut di bawah ini terlihat bahwa salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu perdagangan (ekspor).
•    Dua variabel ekonomi agregatif : tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan populasi dan tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan atau terutama produktivitas tenaga kerja.
•    Dua transformasi struktural : tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi dan tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.
•    Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional : kecenderungan negara-negara maju secara ekonomi untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar (ekspor) dan bahan baku dan pertumbuhan ekonomi ini hanya dinikmati oleh sepertiga populasi dunia.
Hal ini sejalan dengan pendapat Krugman dan Obstfeilt yang menyatakan secara teoritis, bahwa perdagangan internasional terjadi kerena dua alasan utama, yaitu:
a.    Adanya keuntungan dalam melakukan perdagangan (gains from trade) bagi negara, dikarenakan adanya perbedaan diantara mereka mengenai faktor-faktor yang dimilikinya.
b.    Untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang-barang tertentu mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang. Kenyataannya bahwa pola-pola perdagangan dunia yang mengakibatkan tejadinya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan perpaduan dari dua motif tersebut diatas.
Disini nampak aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Selain itu pertumbuhan memiliki sifat self-generating yaitu proses pertumbuhan itu sendiri melahirkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode selanjutnya.
Sedangkan menurut teori, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan kenaikan output (Produk Domestik Bruto) dan pendapatan riil perkapita memang bukanlah satu-satunya sasaran di negara-negara berkembang, namun kebijakan ekonomi dalam meningkatkan pertumbuhan output perlu dilakukan karena merupakan syarat penting untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan untuk mendukung tujuan kebijakan pembangunan lainnya.
Output atau PDB (Widodo, 1990) adalah nilai seluruh barang jadi dan jasa-jasa yang diperoleh dan merupakan nilai seluruh produksi yang dibuat di dalam negeri, tanpa membedakan apakah produk tersebut dibuat dari faktor produksi yang berasal dari dalam negara tersebut atau faktor produksi yang berasal dari negara-negara lain yang digunakan negara tersebut. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mencerminkan kemakmuran suatu negara. Oleh karena itu perlu kiranya mengukur tingkat pertumbuhan dengan menggunakan PDB perkapita sehingga tidak hanya mengukur kenaikan PDB, melainkan juga kenaikan jumlah penduduk.
Pada zaman sekarang seringkali pembangunan disamakan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi karena orang percaya, hasil-hasil pembangunan akan dengan sendirinya menetes ke bawah (trickle down) sebagaimana yang terjadi di negara-negara yang sekarang tergolong maju. Jadi, yang perlu diusahakan dalam pembangunan adalah bagaimana caranya untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut. Bahwa pada tahap awal pembangunan (Todaro, 1998) terdapat tingkat kesenjangan pembagian pendapatan yang menyolok seperti yang ditulis oleh Simon Kuznet dalam penelitian empirisnya mengenai negara-negara maju, yang dikenal dengan kurva U terbalik. Adalah suatu hal yang wajar, keadaan ini juga akan dilalui oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia dalam proses pembangunannya.
Selama ini banyak negara sedang berkembang telah berhasil menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tetapi masih banyak permasalahan pembangunan yang belum terpecahkan, seperti : tingkat pengganguran tetap tinggi, pembagian pendapatan tambah tidak merata, masih banyak terdapat kemiskinan absolut, tingkat pendidikan rata-rata masih rendah, pelayanan  kesehatan masih kurang, dan sekelompok kecil penduduk yang sangat kaya cenderung semakin kaya sedangkan sebagian besar penduduk tetap saja bergelut dengan kemiskinan, yang terjadi bukan trickle down tapi trickle up. Keadaan ini memprihatinkan, banyak ahli ekonomi pembangunan  yang mulai mempertanyakan arti dari pembangunan.
Apakah hanya melihat kepada keberhasilan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tanpa memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, dapat dikatakan bahwa pembangunan telah berhasil ? Silahkan anda menyimpulkannya

C. Keadaan Sumber Daya Alam Indonesia di Abad 21

Banyaknya pengusaha pertambangan dan kehutanan kurang bertanggung jawab dalam  proses pertambangan, membuat kondisi SDA dan lingkungsn Indonesia saat ini dalam kondisi darurat, hal itu diungkapkan anggota badan pemeriksa keuangan (BPK) RI Ali Masykur Musa pada kuliah umum Universitas Bengkulu. Menurutnya, berlebihannya kegiatan eksplorasi minyak dan gas pada masa orde baru membuat generasi saat ini menanggung bebannya. “bahkan Indonesia kini sudah keluar dari keanggotan OPEC karena saat ini sebagai konsumen, bukan lagi produsen,” katanya.
Sementa era revormasi, kegiatan eksplorasi yang berlebihan teruatama terjadi pada pertabngan batu bara sehingga Indonesia mengobral bahan bakaran tersebut ke Negara lain. Eksplorasi berlebihan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan berkepanjangan sehingga perlu segera diatasi. Selai itu masalah pokok yang dihadapi negri ini salah satunya adalah buruknya tata ruang sebagai basis penyelenggaraan pembangunan. Namun, tata kelola dan pola pemanfaatan sumber daya alam itu sering kali tidak memperhatikan daya dukung lingkungan hidup hutan-hutah  digunduli, Gunung-gunung dipangkas, tanah digali dan disingkap untuk kepentingan pertambangan. Akibatnya, daya dukung lingkungan hidup merosot dan Indonesia rentan terhadap panen bencana.


D. Pertumbuhan Ekonomi dan Sumber Daya Alam
Untuk mempermudah pemahaman nantinya mari kita perhatikan gambar dibawah ini :
Gambar 1 Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi.

            Dengan mengurai gambar 1 diatas maka dapat kita perhatikan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memberikan peranan terhadap kegiatan ekonomi. Kebutuhan baik itu rumah tangga maupun perusahaan kesemuanya dipastikan diperoleh dari alam, dimana perusahaan akan meningkatkan nilai ekonomi (Added-Values) dari sumberdaya alam dan lingkungan yang di eksploitasi dengan cara memproduksinya. Dari hasil produksi akan ada dua produk yang dihasilkan yang pertama produk konsumsi dan yang kedua sisa hasil produksi (residu). Dan dari sisa dari kegiatan ekonomi tersebut akhirnya kembali ke alam baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Menurut Djajadiningrat S.T (1997), mengatakan bahwa lingkungan memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama berfungsi sebagai persediaan bahan baku, dimana rumah tangga dan perusahaan sangat tergantung pada lingkungan alam, antara lain udara, air dan keperluan lain seperti mineral dan tenaga. Yang kedua adalah sebagai wadah untuk limbah, dimana perusahaan dan rumah tangga menghasilkan sejumlah besar limbah sementara ditumpuk di lingkungan. Yang ketiga penyedia fasilitas, yaitu lingkungan mempunyai sejumlah fasilitas yang merupakan sumber dari estetika. Ini termasuk pemandangan yang indah, sarana jalan memalui semak-semak, dan pantai-pantai yang asli.
            Bila di telaah penurunan kualitas lingkungan dan sumber daya alam disebabkan oleh dua faktor yaitu disebakan oleh meningkatnya kebutuhan ekonomi (economic requirement) dan gagalnya kebijakan yang diterapkan (policy failure). Peningkatan kebutuhan yang tak terbatas sering membuat tekanan yang besar terhadap lingkungan dan sumberdaya yang ada, suatu contoh kebutuhan akan ketersediaan kayu yang memaksa kita untuk menebang hutan secara berlebihan dan terjadinya tebang terlarang (illegal loging), kebutuhan transportasi untuk mobilitas dan mendukung laju perekonomian juga sering menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, dan kejadian dilaut dimana akibat kebutuhan ekonomi memaksa nelayan melakukan kegiatan tangkap berlebih (over fishing). oleh karena itu percepatan pembangunan ekonomi sudah selayaknya di barengi dengan ketersediaan sumberdaya dan lingkungan yang lestari. (Bahtiar. R. 2006).
            Alam memiliki kemampuan untuk menetralisir pencemaran yang terjadi sesuai dengan kapasitas yang alam miliki (carrying capaciy), sehingga tak ada kata lain dalam benak kita bahwa sumberdaya alam dan lingkungan harus dan wajib kita jaga kelestariannya. Banyak hal yang dapat kita jadikan contoh pagi kehidupan kita, Selat Madura yang terindikasi terjadinya pencemaran dapat kita lihat dari pergerakan ikan yang mengarah kearah timur atau tepatnya di sekitar perairan Kabupaten Probolinggo, dan pada saat ini di Kabupaten Probolinggo juga terindikasi terjadinya pencemaran.
            Potensi tangakapan ikan di Selat Madura sudah tidak ada lagi, walaupun ada potensi tersebut sangatlah kecil sehingga hal tersebut tidak sebanding dengan biaya oprasional penangkapan (cost of capture). Dengan hilangnya sumberdaya yang ada, sering kita mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kegiatan tangkap berlebih (over fishing), kita mengatakan hal tersebut karena didukung oleh data dengan model Gordon-Schaefer yaitu “Bioeconomic”. Akan tetapi hal ini dirasa pada saat ini model tersebut tidaklah cukup banyak hal yang mempengaruhi terdepresiasinya sumberdaya ikan di Selat Madura.
            Dimana saat stock ikan dilaut sedang menurun, Stock ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh jenis ikan lainnya (hubungan pemangsa dengan yang di mangsa) dan oleh perubahan lingkungan. Para stackholders perikanan sering menyalahkan kegiatan tangkap berlebih (over fishing) sebagai penyebab turunnya jumlah stock ikan. Sehingga rencana manajemen sering dianggap kurang tepat dan sudah waktunya dibuat ulang, yang bertujuan untuk mengurangi penangkapan dari kegiatan penangkapan komersil atau bertujuan untuk mengurangi kapasitas penangkapan ikan di laut, dengan melalui pembelian kapal hingga membuat ulang program yang telah ada. Walau bagaimanapun, ada banyak sumber atau faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap menurunnya populasi ikan di laut seperti pemanasan global, dan yang lainnya. Jung-Hee Cho and John M. Gates, 2006).
            Banyak istilah yang muncul sekarang ini untuk mengintegrasikan lingkungan dengan ekonomi, seperti ecologi economic, ecologi and economic atau bahkan istilah yang di cetuskan oleh Costanza. R (1989) dalam jurnal internasional ecological economic yaitu Ecolnomics atau Econology, akan tetapi dari kesemua istilah tersebut dapat disimpulkan dengan arti satu yaitu bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
E. Kesimpulan dan Penutup
            Hingga kini permasalahan lingkungan masih kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Seperti pembangunan perhotelan di daerah pengunungan yang mengorbankan hutan sebagai penyangga terjadinya banjir masih saja terus berlangsung. Saat ini di butuhkan suatu integrasi lingkungan kedalam setiap kebijakan yang diambil (policy) hal ini dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan atau terdepresiasinya sumberdaya alam dan lingkungan.
            Sekali lagi marilah kita bersama-sama memperhatikan sumberdaya alam dan lingkungan kita untuk keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Tak ada kata yang terucap kecuali tekad kita bersama-sama bergandeng tangan untuk melestarikan sumberdaya dan lingkungan. Alangkah tidak bijaksananya manusia yang hanya mengambil manfaat dari sumberdaya alam dan lingkungan tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan itu sendiri.

Daftar Pustaka

Bahtiar. R. 2006. Bencana Alam dan Hari Bumi. www. tempointeraktif.com
Costanza. R.. 1989. What is Ecological Economics. Ecological Economics. 1 (1989) l-7
Djajadiningrat S.A. 1997. Pengantar Ekonomi Lingkungan. LP3ES. Jakarta
Fauzi. A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jung-Hee Cho and John M. Gates. 2006. Environmental Factors and Natural Resource Stock : Atlantic Herring Case Department of Environmental and Natural Resource Economics University of Rhode Island Kingston, RI 02881 USA.
Parker. P. et all. 2002. Progress in integrated assessment and modelling. Environmental Modelling & Software 17 (2002) 209–217

www.dkp.go.id. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Wil. Perairan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara tanggal 1-4 Juni 2006

0 komentar:

Posting Komentar