Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
terhadap
Pertumbuhan SDA
A. Pendahuluan
Ilmu ekonomi sumberdaya alam dan
lingkungan dapat dikatakan ilmu yang masih relatif baru bila kita bandingkan
dengan ilmu-ilmu ekonomi lainnya yang lebih dulu muncul. Sehingga dapat
dikatakan para pakar ekonomi sumberdaya dan lingkungan masih relatif sedikit
dibandingkan dengan para pakar-pakar ilmu ekonomi lainnya. Pertumbuhan ekonomi
terkadang dalam pemikiran kita jauh lebih penting dibandingkan dengan
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dapat dipastikan
sumberdaya alam dan lingkungan kita cepat terkuras untuk memenuhi pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Pemikiran kita yang seperti itu mungkin ada benarnya,
banyak contoh negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tapi mengesampingkan masalah lingkungan seperti China dengan pertumbuhan
Hipereconomi sehingga sumberdaya yang ada habis terkuras, Amerika
serikat negara adidaya yang memiliki ekonomi yang relatif stabil juga mengalami
hal yang sama lingkungan rusak dan sumberdaya alam terkuras. Akan tetapi semua
pertumbuhan yang cepat tersebut akan memberikan kecendrungan penurunan ekonomi,
yang menjadi pertanyaan dalam benak kita kenapa hal tersebut tidak terjadi
kepada kedua negara tersebut?. Secara tidak terasa sebenarnya kedua negara
terbut mulai tergantung kehidupannya kepada negara-negara berkembang yang
memiliki sumberdaya alam yang melimpah seperti Indonesia, dengan
kebijakan-kebijakannya mereka terus menekan dan berharap sumberdaya yang ada di
negara kita dapat dikelola oleh mereka.
Untuk masalah pemikiran mengenai
sumberdaya alam dan lingkungan sering para pakar mengkotakkan menjadi dua
kategori yaitu menurut Djajadiningrat, S.T (1997) yang pertama kelompok yang
berpihak ke pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperdulikan masalah
lingkungan dan kelompok konservasi yang lebih mementingkan masalah kelestarian
lingkungan. Sehingga dalam hal ini kita kembali bertanya dalam diri kita
sendiri, masuk kelompok manakah kita ?. Akan tetapi pada jaman sekarang mulai
tumbuh suatu kelompok dimana kelompok tersebut
mementingkan
keduanya yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan sumberdaya alam yang
lestari. Apa bisa terjadi semua itu terjadi ?. Ya, karena dengan adanya
sumberdaya alam yang terus terjaga kelestariannya diharapkan pertumbuhan
ekonomi terus terjaga dan terus meningkat, hal ini dikarenakan kebutuhan
sumberdaya alam dan lingkungan terus ter-supplay.
Sehingga diperlukan suatu tujuan
pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan ekonomi tinggi menjadi “pertumbuhan
ekonomi secara berkelanjutan” hal tersebut akan terjadi dengan kita tetap
memacu pertumbuhan ekonomi bangsa ini dengan juga memperhatikan kondisi
sumberdaya alam dan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan
dibatasi dengan ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada
B. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu : (1) proses, (2) output per
kapita, dan (3) jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan
suatu gambaran ekonomi pada suatu saat.
Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi
suatu negara sebagai “kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang
ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini
berdasarkan pada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi
yang dibutuhkannya”.
Dalam
analisanya yang mendalam, Kuznet memisahkan enam karakteristik yang terjadi
dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara dan dari pendapatnya tersebut
di bawah ini terlihat bahwa salah satu faktor yang sangat penting untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu perdagangan
(ekspor).
• Dua variabel
ekonomi agregatif : tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan
populasi dan tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara
keseluruhan atau terutama produktivitas tenaga kerja.
• Dua transformasi
struktural : tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi dan
tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.
• Dua faktor yang
mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional : kecenderungan
negara-negara maju secara ekonomi untuk menjangkau seluruh dunia untuk
mendapatkan pasar (ekspor) dan bahan baku dan pertumbuhan ekonomi ini hanya
dinikmati oleh sepertiga populasi dunia.
Hal ini
sejalan dengan pendapat Krugman dan
Obstfeilt yang menyatakan secara teoritis, bahwa perdagangan
internasional terjadi kerena dua alasan utama, yaitu:
a.
Adanya keuntungan dalam melakukan perdagangan (gains from trade) bagi
negara, dikarenakan adanya perbedaan diantara mereka mengenai faktor-faktor
yang dimilikinya.
b. Untuk mencapai
skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika
setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang-barang tertentu mereka dapat
menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya
lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi
segala jenis barang. Kenyataannya bahwa pola-pola perdagangan dunia yang
mengakibatkan tejadinya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan perpaduan dari dua
motif tersebut diatas.
Disini
nampak aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Selain itu
pertumbuhan memiliki sifat self-generating
yaitu proses pertumbuhan itu sendiri
melahirkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan
tersebut dalam periode selanjutnya.
Sedangkan menurut teori, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan kenaikan output (Produk
Domestik Bruto) dan pendapatan riil perkapita memang bukanlah satu-satunya
sasaran di negara-negara berkembang, namun kebijakan ekonomi dalam meningkatkan
pertumbuhan output perlu dilakukan karena merupakan syarat penting untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan untuk mendukung tujuan kebijakan
pembangunan lainnya.
Output atau PDB (Widodo, 1990) adalah nilai seluruh barang jadi dan jasa-jasa yang
diperoleh dan merupakan nilai seluruh produksi yang dibuat di dalam negeri,
tanpa membedakan apakah produk tersebut dibuat dari faktor produksi yang
berasal dari dalam negara tersebut atau faktor produksi yang berasal dari
negara-negara lain yang digunakan negara tersebut. Perlu dicatat bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak mencerminkan kemakmuran suatu negara. Oleh karena itu
perlu kiranya mengukur tingkat pertumbuhan dengan menggunakan PDB perkapita
sehingga tidak hanya mengukur kenaikan PDB, melainkan juga kenaikan jumlah
penduduk.
Pada zaman sekarang seringkali pembangunan disamakan dengan pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi karena orang percaya, hasil-hasil pembangunan akan dengan
sendirinya menetes ke bawah (trickle
down) sebagaimana yang terjadi di negara-negara yang sekarang tergolong
maju. Jadi, yang perlu diusahakan dalam pembangunan adalah bagaimana caranya
untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut. Bahwa pada tahap
awal pembangunan (Todaro, 1998) terdapat tingkat kesenjangan pembagian
pendapatan yang menyolok seperti yang ditulis oleh Simon Kuznet dalam
penelitian empirisnya mengenai negara-negara maju, yang dikenal dengan kurva U
terbalik. Adalah suatu hal yang wajar, keadaan ini juga akan dilalui
oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia dalam proses
pembangunannya.
Selama ini banyak negara sedang berkembang
telah berhasil menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tetapi
masih banyak permasalahan pembangunan yang belum terpecahkan, seperti : tingkat
pengganguran tetap tinggi, pembagian pendapatan tambah tidak merata, masih
banyak terdapat kemiskinan absolut, tingkat pendidikan rata-rata masih rendah,
pelayanan kesehatan masih kurang, dan sekelompok kecil penduduk yang
sangat kaya cenderung semakin kaya sedangkan sebagian besar penduduk tetap saja
bergelut dengan kemiskinan, yang terjadi bukan trickle down tapi trickle up.
Keadaan ini memprihatinkan, banyak ahli ekonomi pembangunan yang mulai
mempertanyakan arti dari pembangunan.
Apakah hanya melihat kepada keberhasilan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tanpa memperhatikan keadaan-keadaan
lainnya, dapat dikatakan bahwa pembangunan telah berhasil ? Silahkan anda menyimpulkannya
C. Keadaan Sumber Daya Alam Indonesia di
Abad 21
Banyaknya pengusaha pertambangan dan kehutanan kurang
bertanggung jawab dalam proses
pertambangan, membuat kondisi SDA dan lingkungsn Indonesia saat ini dalam
kondisi darurat, hal itu diungkapkan anggota badan pemeriksa keuangan (BPK) RI
Ali Masykur Musa pada kuliah umum Universitas Bengkulu. Menurutnya,
berlebihannya kegiatan eksplorasi minyak dan gas pada masa orde baru membuat
generasi saat ini menanggung bebannya. “bahkan Indonesia kini sudah keluar dari
keanggotan OPEC karena saat ini sebagai konsumen, bukan lagi produsen,”
katanya.
Sementa era revormasi, kegiatan eksplorasi yang
berlebihan teruatama terjadi pada pertabngan batu bara sehingga Indonesia
mengobral bahan bakaran tersebut ke Negara lain. Eksplorasi berlebihan yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan berkepanjangan sehingga perlu segera
diatasi. Selai itu masalah pokok yang dihadapi negri ini salah satunya adalah
buruknya tata ruang sebagai basis penyelenggaraan pembangunan. Namun, tata
kelola dan pola pemanfaatan sumber daya alam itu sering kali tidak
memperhatikan daya dukung lingkungan hidup hutan-hutah digunduli, Gunung-gunung dipangkas, tanah
digali dan disingkap untuk kepentingan pertambangan. Akibatnya, daya dukung lingkungan
hidup merosot dan Indonesia rentan terhadap panen bencana.
D.
Pertumbuhan Ekonomi dan Sumber Daya Alam
Untuk mempermudah pemahaman nantinya
mari kita perhatikan gambar dibawah ini :
Gambar
1 Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi.
Dengan mengurai gambar 1 diatas maka
dapat kita perhatikan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memberikan peranan
terhadap kegiatan ekonomi. Kebutuhan baik itu rumah tangga maupun perusahaan
kesemuanya dipastikan diperoleh dari alam, dimana perusahaan akan meningkatkan
nilai ekonomi (Added-Values) dari sumberdaya alam dan lingkungan yang di
eksploitasi dengan cara memproduksinya. Dari hasil produksi akan ada dua produk
yang dihasilkan yang pertama produk konsumsi dan yang kedua sisa hasil produksi
(residu). Dan dari sisa dari kegiatan ekonomi tersebut akhirnya kembali
ke alam baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Menurut Djajadiningrat S.T
(1997), mengatakan bahwa lingkungan memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama
berfungsi sebagai persediaan bahan baku, dimana rumah tangga dan perusahaan
sangat tergantung pada lingkungan alam, antara lain udara, air dan keperluan
lain seperti mineral dan tenaga. Yang kedua adalah sebagai wadah untuk limbah,
dimana perusahaan dan rumah tangga menghasilkan sejumlah besar limbah sementara
ditumpuk di lingkungan. Yang ketiga penyedia fasilitas, yaitu lingkungan
mempunyai sejumlah fasilitas yang merupakan sumber dari estetika. Ini termasuk
pemandangan yang indah, sarana jalan memalui semak-semak, dan pantai-pantai
yang asli.
Bila di telaah penurunan kualitas
lingkungan dan sumber daya alam disebabkan oleh dua faktor yaitu disebakan oleh
meningkatnya kebutuhan ekonomi (economic requirement) dan gagalnya
kebijakan yang diterapkan (policy failure). Peningkatan kebutuhan yang
tak terbatas sering membuat tekanan yang besar terhadap lingkungan dan
sumberdaya yang ada, suatu contoh kebutuhan akan ketersediaan kayu yang memaksa
kita untuk menebang hutan secara berlebihan dan terjadinya tebang terlarang (illegal
loging), kebutuhan transportasi untuk mobilitas dan mendukung laju
perekonomian juga sering menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan
seperti pencemaran udara, dan kejadian dilaut dimana akibat kebutuhan ekonomi
memaksa nelayan melakukan kegiatan tangkap berlebih (over fishing). oleh
karena itu percepatan pembangunan ekonomi sudah selayaknya di barengi dengan
ketersediaan sumberdaya dan lingkungan yang lestari. (Bahtiar. R. 2006).
Alam memiliki kemampuan untuk
menetralisir pencemaran yang terjadi sesuai dengan kapasitas yang alam miliki (carrying
capaciy), sehingga tak ada kata lain dalam benak kita bahwa sumberdaya alam
dan lingkungan harus dan wajib kita jaga kelestariannya. Banyak hal yang dapat
kita jadikan contoh pagi kehidupan kita, Selat Madura yang terindikasi
terjadinya pencemaran dapat kita lihat dari pergerakan ikan yang mengarah
kearah timur atau tepatnya di sekitar perairan Kabupaten Probolinggo, dan pada
saat ini di Kabupaten Probolinggo juga terindikasi terjadinya pencemaran.
Potensi tangakapan ikan di Selat
Madura sudah tidak ada lagi, walaupun ada potensi tersebut sangatlah kecil
sehingga hal tersebut tidak sebanding dengan biaya oprasional penangkapan (cost
of capture). Dengan hilangnya sumberdaya yang ada, sering kita mengatakan
bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kegiatan tangkap berlebih (over fishing),
kita mengatakan hal tersebut karena didukung oleh data dengan model
Gordon-Schaefer yaitu “Bioeconomic”. Akan tetapi hal ini dirasa pada saat ini
model tersebut tidaklah cukup banyak hal yang mempengaruhi terdepresiasinya
sumberdaya ikan di Selat Madura.
Dimana saat stock ikan dilaut
sedang menurun, Stock ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh jenis ikan
lainnya (hubungan pemangsa dengan yang di mangsa) dan oleh perubahan
lingkungan. Para stackholders perikanan sering menyalahkan kegiatan
tangkap berlebih (over fishing) sebagai penyebab turunnya jumlah stock
ikan. Sehingga rencana manajemen sering dianggap kurang tepat dan sudah waktunya
dibuat ulang, yang bertujuan untuk mengurangi penangkapan dari kegiatan
penangkapan komersil atau bertujuan untuk mengurangi kapasitas penangkapan ikan
di laut, dengan melalui pembelian kapal hingga membuat ulang program yang telah
ada. Walau bagaimanapun, ada banyak sumber atau faktor-faktor yang memberikan
pengaruh terhadap menurunnya populasi ikan di laut seperti pemanasan global,
dan yang lainnya. Jung-Hee Cho and John M. Gates, 2006).
Banyak istilah yang muncul sekarang
ini untuk mengintegrasikan lingkungan dengan ekonomi, seperti ecologi economic,
ecologi and economic atau bahkan istilah yang di cetuskan oleh Costanza. R
(1989) dalam jurnal internasional ecological economic yaitu Ecolnomics atau
Econology, akan tetapi dari kesemua istilah tersebut dapat disimpulkan dengan
arti satu yaitu bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memiliki peranan penting
dalam kegiatan ekonomi.
E. Kesimpulan dan
Penutup
Hingga kini permasalahan lingkungan
masih kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Seperti pembangunan
perhotelan di daerah pengunungan yang mengorbankan hutan sebagai penyangga
terjadinya banjir masih saja terus berlangsung. Saat ini di butuhkan suatu
integrasi lingkungan kedalam setiap kebijakan yang diambil (policy) hal
ini dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan tidak menimbulkan
kerusakan atau terdepresiasinya sumberdaya alam dan lingkungan.
Sekali lagi marilah kita
bersama-sama memperhatikan sumberdaya alam dan lingkungan kita untuk
keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Tak ada kata yang terucap kecuali tekad
kita bersama-sama bergandeng tangan untuk melestarikan sumberdaya dan
lingkungan. Alangkah tidak bijaksananya manusia yang hanya mengambil manfaat
dari sumberdaya alam dan lingkungan tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya
dan lingkungan itu sendiri.
Daftar
Pustaka
Bahtiar.
R. 2006. Bencana Alam dan Hari Bumi. www. tempointeraktif.com
Costanza.
R.. 1989. What is Ecological Economics. Ecological Economics. 1 (1989) l-7
Djajadiningrat
S.A. 1997. Pengantar Ekonomi Lingkungan. LP3ES. Jakarta
Fauzi.
A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Jung-Hee
Cho and John M. Gates. 2006. Environmental Factors and Natural Resource Stock :
Atlantic Herring Case Department of Environmental and Natural Resource
Economics University of Rhode Island Kingston, RI 02881 USA.
Parker.
P. et all. 2002. Progress in integrated assessment and modelling.
Environmental Modelling & Software 17 (2002) 209–217
www.dkp.go.id.
Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Wil. Perairan Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara tanggal 1-4 Juni 2006